ﻋﻦ ﺟﺎﺑﺮ ﻗﺎﻝ : ﻗﺎﻝ
ﺭﺳﻮﻝ ﺍﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ : » ﺍﻟﻤﺆﻣﻦ
ﻳﺄﻟﻒ ﻭﻳﺆﻟﻒ ، ﻭﻻ ﺧﻴﺮ
ﻓﻴﻤﻦ ﻻ ﻳﺄﻟﻒ ، ﻭﻻ
ﻳﺆﻟﻒ، ﻭﺧﻴﺮ ﺍﻟﻨﺎﺱ
ﺃﻧﻔﻌﻬﻢ ﻟﻠﻨﺎﺱ «
Diriwayatkan dari Jabir
berkata,”Rasulullah saw
bersabda,’Orang beriman itu
bersikap ramah dan tidak ada
kebaikan bagi seorang yang
tidak bersikap ramah. Dan
sebaik-baik manusia adalah
orang yang paling bermanfaat
bagi manusia.” (HR. Thabrani
dan Daruquthni)
Karena saling membutuhkan, pola hubungan seseorang dengan orang lain
adalah untuk saling mengambil manfaat. Ada yang memberi jasa dan ada
yang mendapat jasa. Si pemberi jasa mendapat imbalan dan penerima jasa
mendapat manfaat. Itulah pola hubungan yang lazim.
Jika ada orang yang mengambil terlalu banyak manfaat dari orang lain
dengan pengorbanan yang amat minim, naluri kita akan mengatakan itu
tidak adil. Orang itu telah berlaku curang. Dan kita akan mengatakan
seseorang berbuat jahat ketika mengambil banyak manfaat untuk dirinya
sendiri dengan cara yang curang dan melanggar hak orang lain.
Begitulah hati sanubari kita, selalu menginginkan pola hubungan yang
saling ridho dalam mengambil manfaat dari satu sama lain. Jiwa kita akan
senang dengan mengambil manfaat bagi dirinya dengan cara yang baik.
Kita anggap seburuk-buruknya manusia yang mengambil manfaat banyak dari
diri kita dengan cara yang salah. Apakah itu menipu, mencuri, dan
mengambil paksa, bahkan dengan kekerasan.
Namun yang luar biasa adalah orang lebih banyak memberi dari mengambil
manfaat dalam berhubungan dengan orang lain. Orang seperti ini disebut
orang yang terbaik diantara kita, dermawan, Ikhlas, tanpa pamrih, dan
tidak punya vested interes.
Orang selalu menebar kebaikan dan memberi manfaat bagi orang lain adalah
sebaik-baik manusia. Kenapa Rasulullah Saw menyebut seperti itu?
Setidaknya ada empat alasan.
Pertama, karena ia dicintai Allah Swt. Rasulullah saw pernah bersabda
yang bunyi kurang lebih, Orang yang paling dicintai Allah adalah yang
paling bermanfaat bagi orang lain. Siapakah yang lebih baik dari orang
yang dicintai Allah?
Kedua, karena ia melakukan amal yang terbaik. Kaidah usul fiqih
menyebutkan bahwa kebaikan yang amalnya dirasakan orang lain lebih
bermanfaat ketimbang yang manfaatnya dirasakan oleh diri sendiri. Karena
itu tak heran jika para sahabat ketika ingin melakukan sesuatu kebaikan
bertanya kepada Rasulullah, amal apa yang paling afdhol untuk
dikerjakan.
Ketika musim kemarau dan masyarakat kesulitan air, Rasulullah berkata
membuat sumur adalah amal yang paling utama. Saat seseorang berjihat
sementara ia punya ibu yang sudah sepuh dan tidak ada yang merawat,
Rasulullah menyebut berbakti kepada si ibu adalah amal yang paling utama
bagi orang itu.
Ketiga, karena ia melakukan kebaikan yang sangat besar pahalanya. Berbuat sesuatu untuk orang lain besar pahalanya.
Rasulullah berkata, "Seandainya aku berjalan bersama saudaraku untuk
memenuhi suatu kebutuhannya, maka itu lebih aku cintai daripada i'tikaf
sebulan di masjidku ini." (Thabrani)
Keempat, memberi manfaat kepada orang lain tanpa pamrih, mengundang
kesaksian dan pujian orang yang beriman. Allah swt mengikuti persangkaan
hambanya. Ketika orang menilai diri kita adalah orang yang baik, maka
Allah swt menggolongkan kita ke dalam golongan hambanya yang baik-baik.
Cara Menjadi Manusia Yang Bermanfaat Untuk Orang lain adalah sbb:
1. Tingkatkan derajat keimanan kepada Allah swt.
2. Tanamkan dalam diri kita, bahwa sisa harta yang ada pada diri kita adalah telah diberikan kepada orang lain.
3. Kita harus mengikis habis sifat egois dan sifat serakah pada diri kita.
4. Hargai dan hormatilah orang lain, niscaya akan mendapatkan manfaat dari perbuatan yang kita lakukan.
5. Untuk menjadi manusia yang bermanfaat, tentulah kita harus memiliki
sesuatu yang dapat diberikan, baik itu ilmu, harta, dan lain sebagainya.
Demikianlah semoga bermanfaat untuk kita semua. Amin ya Robbal 'Alamin....
Wallahualam bishowab
By: http://seribusatukisahislami.blogspot.com/2014/09/menjadi-manusia-yang-bermanfaat.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar